Benarkah Les Berdampak pada Anak

1 komentar

 

Saat bekerja menjadi pendidik di sekolah, saya menyesal mengapa tidak memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk belajar lebih banyak hal ketika di bangku sekolah.

Hal ini didasari oleh kemampuan anak-anak didik saya (mengikuti olimpiade) yang memang di atas rata-rata teman sejawatnya. Saya membimbing mereka untuk bidang Fisika dan semua anak yang saya bimbing ini ternyata sedang mengikuti les di luar jam sekolah.

Sungguh, saya amat amaze dengan kegigihan anak-anak ini. Padahal jam sekolah saja sudah menyita waktu mereka dari pukul 7 pagi hingga 4 sore.

Banyak manfaat yang mereka dapatkan ketika mengikuti pelajaran tambahan di luar sekolah. Selain bisa mewakili sekolah, juga menjadi nilai tambah bagi mereka di mata guru-guru. Maksud saya bukan 'nilai' yang ada di lapor, tetapi menjadi dikenal guru dan punya lebih banyak peluang untuk dapat mengembangkan diri.

Tidak hanya di akademik saja, anak-anak yang sudah lebih dulu terjun di dunia Tartil Qur'an pun juga begitu.


Bagi mereka yang sudah terasah, oleh guru internal dibina lebih lanjut, terkadang mengambil jam pelajaran sekolah. Hal ini memang sudah jadi daya sorot sekolah kami yang mengedepankan Qur'an.

Ada pula di bidang tarik suara. Sekolah juga tidak tanggung-tanggung merekrut pembina eksternal untuk merangkul anak-anak yang punya bakat ini.

Kebetulan memang saya diamanahkan untuk mengkoordinir lomba anak-anak yang punya bakat, baik di akademik, Qur'an, atau lifeskill seperti olahraga dan menyanyi. Jadi saya sedikit tahu latar belakang anak-anak ini bisa 'juara' di bidangnya.

Ya, salah satu daya dukungnya adalah mengikuti les tambahan di luar sekolah. Waktu yang fleksibel dan memang disukai anak menjadikan cara alternatif ini mampu menggenjot prestasi anak di sekolah.

Anak-anak usia 12 hingga 15 tahun, sejak dini mereka diajarkan untuk pandai membagi waktu, belajar bagaimana agar fokus dengan satu hal -baru hal lainnya, dan menjaga kesehatan fisiknya.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa TIDAK semua anak mampu melakukan pelajaran tambahan di luar kelas seperti ini.

Karakteristik belajar setiap anak berbeda. Ada yang suka berkeliaran di ruang kelas (kinestetik). Ada yang lebih mudah memahami dengan bentuk, warna, dan menyimpan informasi (visual). Ada pula yang membutuhkan musik untuk membantu mereka lebih fokus belajar (audio). Jadi memang, setiap manusia itu unik ya.

Hal terpenting yang perlu orangtua ketahui adalah jangan memaksakan anak untuk memenuhi ego dan ekspektasi kita. Jangan takut apabila anak tidak menjadi apa-apa di kemudian hari. Yakinlah, manusia itu diciptakan ada untuk berguna, setidaknya untuk dirinya sendiri.



Related Posts

1 komentar

  1. Pengalaman masih duduk dibangku sekolah, belajar dai mulai habis subuh sampai habis jam 9 malam. Duh capeknya. Dan hasilnyapun aku kira kurang maksimal.
    Dari sini aku jadi memahami setiap anak mempunyai kapasitas maksimal daya tampung. Jadi gak boleh dipaksakan.

    BalasHapus

Posting Komentar