Ada banyak hal di sekeliling kita yang bisa dipetik buah hikmahnya. Seperti sebuah film yang menyiratkan pesan pada penontonnya. Turning Red, film terbaru garapan Disney dan Pixar mengisahkan bagaimana orangtua bersikap saat anak gadis mereka mulai memasuki usia remaja.
Sinopsis Film Turning Red
Mari simak
sekilas tentang apa yang diceritakan dalam film ini.
Perubahan
tidak selalu disukai semua orang. Perubahan yang datang secara tiba-tiba kadang
membuat diri tidak bisa menerimanya. Ada hal yang tidak biasa terjadi
sebelumnya, kini berubah menjadi sesuatu yang menakutkan. Pada akhinya, tetap
hatilah yang menentukan jalannya setelah melewati proses panjang. Inilah garis
besar yang ingin disampaikan oleh film terbaru Disney berjudul Turning Red.
*
Turning Red berkisah tentang seorang anak
remaja berumur 13 tahun bernama Mei Lee. Merupakan keturunan tionghoa dan tinggal
di Toronto, Kanada. Memasuki usia remaja, Mei Lee menganggap bahwa dirinya
sudah dewasa sehingga ia ingin bisa melakukan apa-apa sendiri, bertanggungjawab
dengan tugasnya sembari tetap menghormati orangtua.
Seperti
remaja pada umumnya, Mei Lee mempunyai geng yang berisi Miriam, Priya dan Abby,
menyukai boyband 4-Town, mengalami
perubahan emosi karena hormon sedang melonjaknya pada usia tersebut dan yang
pasti proses pencarian jati diri.
Di lain
sisi, Ming, ibunda Mei sangat protektif terhadap anaknya. Bagi orang tua
seperti Ming, menjaga dan mengarahkan Mei agar sesuai dengan yang ia mau adalah
sebuah keharusan. Atas pikirannya seperti ini, ia menuntut putrinya untuk
menjadi apa yang ia inginkan.
Saat
memasuki usia remaja, hubungan Mei sebagai anak dan Ming sebagai ibu yang
sangat mencintai putrinya, sangatlah rentan. Konflik yang terjadi datang dari
hal-hal yang dianggap sepelae oleh Ming misalnya saat Mei kedapatan menyukai lawan
jenis.
Saat
kondisi hati Mei yang tidak stabil; marah, sedih, takut, malu dan semua
bercampur aduk karena peran serta ibunya dalam perasaannya, Mei mendapati
dirinya berubah menjadi sesosok panda merah raksasa. Ia tidak ingin ibunya tahu
soal ini.
Secara
tidak sengaja, Mei bisa mengendalikan dirinya untuk kembali tenang dan berubah
menjadi dirinya kembali.
Dalam
proses Mei mencari tahu apa yang terjadi pada perubahannya, diketahui bahwa
ternyata keturunan dari leluhur ibunya memberikan ‘berkah’ panda merah tersebut
hanya pada keturunan wanita mereka dan Ming pun memiliki arwah panda merah yang
sudah disegel dalam tubuhnya.
Untuk kisah lengkapnya, monggo tonton hanya di platform legal Disney+ Hotstar, ya.
Baca Juga : Review Drama Korea Terbaru Park Ji Sung Adamas
Bagaimana cerita ini diulas hingga menit akhir sangat menarik untuk dinikmati. Selain menghibur, ada pesan yang ingin disampaikan oleh Domee Shi, sutradara wanita pertama Disney, dalam menvisualisasikan keresahan anak remaja perempuan saat menghadapi fase remaja dan menemukan jati diri. Pun bagaimana proses terjadinya pembangunan karakter dari seorang ibu idealis yang bisa menjadi teman bagi anak gadisnya.
Kepada orangtua…
Ayah bunda pastilah
pernah mengalami masa remaja ketika perasaan menggebu terhadap lawan jenis datang,
namun malu untuk berterus terang pada orangtua. Patutnya ayah bunda paham akan
hal ini, bahwa anak sedang mengalami fase tersebut.
Tidak
seharusnya orangtua menyudutkan apalagi mengklaim bahwa perasaan yang anak rasakan
tidak perlu ditunjukkan. Hal ini lumrah
terjadi pada usia mereka. Peran orang tua justru mengarahkan anaknya agar
bisa mengendalikan perasaan tersebut, alih-alih membuang energi lebih baik memaksimalkan
energi untuk hal bermanfaat.
Seperti
Ming. Ia menuntut Mei untuk melakukan seperti yang ia mau sehingga Mei pun
merasa tertekan dan takut pada ibunya. Saat berusaha untuk menunjukkan
ketertarikan pada konser 4-Town sang
idola, reaksi ibunya sangat tidak diharapkan, sehingga Mei menjadi sosok anak
yang takut mengungkapkan pikiran dan keinginannya. Ini berdampak pada jarak
yang tercipta antara anak dan orangtua.
Karena
sikap ibunya tersebut, Mei melakukan kebohongan demi kebohongan agar bisa
menonton konser 4-Town bersama teman-temannya.
Ia mulai menerima kondisi bahwa ia berubah bentuk menjadi panda merah dan
memanfaatkan kondisi itu untuk mendapatkan uang agar bisa membeli tiket.
Wahai orangtua, satu hal yang dapat dipahami bahwa anak remaja punya dunia mereka sendiri. Biarlah mereka menikmati waktu tersebut, namun jangan sampai lengah. Sebagai orangtua tetaplah menjadi fasilitator dan mampu menjadi pendengar serta teman yang baik, agar anak tidak malu apalagi sampai berbohong atas pikiran dan perasaan mereka sendiri. Orang tua berperan dengan cara mengarahkan energi anak agar tidak menyimpang.
Sekilas info
Saat film
ini tayang perdana di Disney+ Hotstar, banyak yang merekomendasikan untuk
segera ditonton oleh ayah bunda. Selain tentang bagaimana hubungan orangtua dan
anak remaja, juga dibahas hal tabu dalam dunia perbincangan orang Indonesia
yaitu periode datang bulan.
Mengapa hal tersebut tabu untuk dibicarakan?
Ini
pengalaman saya bersama teman-teman perempuan saat sekolah. Kami harus
bersembunyi dibalik kelas dan menutup pintu agar murid laki-laki tidak tahu
bahwa kami sedang datang bulan. Saat usia sekarang, saya pikir apa yang harus
dipermalukan? Toh, begitulah istimewanya kami dan itulah perbedaan antara kami
dan mereka.
Aduh, jadi curhat ya? Hehe. Walaupun sudah diluar konteks, yang mau saya sampaikan berkaitan curhat diatas, ayo ayah bunda, lebih aware lagi yuk soal pendidikan seksualitas untuk anak-anak kita. Gimana cara mulai mengedukasinya? Kalau saya, walaupun belum punya anak, tapi akhir-akhir ini sering mantau instagram @/taulebih.id untuk sekedar ‘Oh, gini ya cara jelasinnya kalo udah punya anak nanti’ atau ‘oh, ternyata yang selama ini aku pahami bukan seperti itu, jadi itu salah ya’. Nah, lebih kurang seperti itu.
Oh ya,
tulisan ini adalah bagian tumbuh dari diri saya yang suka nulis dan curcol,
tapi ga tau mau kemana curcolnya. Jadi mencoba untuk tantang diri sendiri lewat
nimbung bareng kakak/ibu/om/tante/mbak di grup Blogger Parenting 1W1P (1 Week 1
Post) yang diinisiasi oleh Mbak Helena dan Mbak April Hamsa. Semoga saya
konsisten ya, biar ga kena skakmat grup.
Waaahh aku mau nonton ini belum sempet2, wiken ini ah nonton. Udah liat teaser2nya sih. Mau ajakin anakku yang otw remaja buat nobar juga :D
BalasHapusTFS reviewnya.
Yup, mbak. Sama-sama ^^
HapusYang saya suka pada film ini meskipun ada konflik dengan keluarga, pada akhirnya Mei ternyata memiliki keluarga besar dan teman-teman yang suportif. Nenek, bibi/tante, ibu, dan ayahnya meski sebagian terkesan annoying tapi gak tinggal diam kalau Mei punya masalah.
BalasHapusIya, mas. Support system yang paling dekat dengan kita adalah keluarga. Jadi pelajaran juga buat nanti kalo udah dikaruniai anak.
HapusPesan yang sangat relate untuk orang tua yang punya anak remaja. Semoga bisa melalui masa yang menantang ini.
BalasHapusAnak saya yang masih usia Toodler juga sudah memikirkan gimana kalau sudah dewasa nanti, untung nemu artikel ini. Alhamdulillah
BalasHapusBagus ini film-film edukasi seperti ini.. Bukan hal yang tabu untuk membicarakan hal memang secara umum harus diketahui
BalasHapusSebenarnya sampai sekarang hal seperti datang bulan atau pendidikan seks itu tabu. Padahal itu penting sebagai bekal hidup anak-anak, tentu saja penjelasannya ya disesuaikan dengan usia mereka. Jarang-jarang ada film sebagus ini buat di tonton anak dan orang tua. ❤️
BalasHapusIya, bener banget, mba. Saya juga suka pesan yang disampaikan film ini, kadang sama orang Asia masih tabu dibicarakan. Padahal mah ini salah satu fase yang memang bakal terjadi sama anak perempuan yah, mustinya lingkungan bisa jadi bahan edukasi untuk paham soal ini.
Hapusfilm2 seperti ini cocok untuk ditonton oleh anak dan orang tua, pesan2nya tersampaikan dgn baik.
BalasHapusWhoaaa relate sekali yaa sama kehidupan nyata. Bagus sekali film edukasi seperti ini yaa. Thanks ka sudah sharing
BalasHapusSama-sama, mba. Semoga bisa diambil yang bagus2nya yah
HapusINI FILM BAGUS BANGET!!! aku udah nonton dan pesan moralnya bagus banget banget memang. Aku sampai nangis sendiri karena lumayan mirip sama pengalamanku dulu.
BalasHapusDari beberapa review, filmnya memang dapat komen yg positif. Cuma belum sempat nonton padahal langganan disney+. Ntar deh nyobain hehe
BalasHapustontonan yang bermanfaat. Sebagai orangtua dari 2 putri gadis yang beranjak remaja. Masa itu saya sudah alami. Dan disini saya hadir sebagai ibu + sahabat bagi mereka. Diharapkan agar mereka menjadi lebih terbuka pada orangtuanya dalam segala hal terutama percintaan
BalasHapusSalam: Dennise sihombing
Keren banget pembahasan mengenai Film Turning Red ini.
BalasHapusMenunjukkan dari perspektif anak dan orangtua sehingga membuat kita aware karena sedang mendidik anak gen Z yang tentu dari segi karakter, kemajuan teknologi hingga kemudahan yang mereka dapatkan akan membuat cara pengasuhan yang kita berikan pun harus menyesuaikan zaman.